



kami sempatkan jalan-jalan pagi ke pasar penuh memori (1962 - 1972)
Prembaen Semarang...
Senangnya melihat pasar tradisional yang full ikan segar dan sayur mayur lokal.
Begitu mata menangkap berbakul-bakul ikan, kenangan masa lalu membuat eyang menuju setumpuk belanak segar yang hmmmmm ..... Belanak setengah kilo berpindah tangan. Jalan 25 meter, ada udang yang sekilo isinya 30 an, setengahnya seharga 30 ribu (lha koq sama dengan di Sala...). Tapi dengan asumsi pasti lebih segar, berpindahlan juga si udang ke keranjang. Lalu... lalu ada cumi kecil-kecil hitam yang kalau digoreng se tinta-tintanya gurihnya tak alang kepalang. Setengah kilo 10 ribu, pindah juga... Ditambah dengan aneka sayur untuk sup dan kecambah kecil yang besar untuk di oseng pedas. Lengkaplah sudah belanjaan, dan kami pulang. Sayang, dendeng udang tidak ditemukan.
Sampai dirumah, total jendral 60 ribu melayang, tergantikan dengan menu komplit setara 200 ribu di restoran klas menengah.
Tapi... koq harganya gak beda jauh dengan belanja sea food di Pasar Gede Sala ya? Apa biaya distribusi tidak digantikan? Waktu itu, seminggu yang lalu, dengan 50 ribu kami dapatkan
seperempat udang ukuran 30
satu kilo oyster atau srimping
satu buah kepiting ukuran sedang
dan 2 buah ikan belanak
Wak.... Satu yang jadi PR sekarang ini,
gimana cara penduduk pesisir dan nelayan menghindar dari hantu kolesterol dan penyempitan pembuluh darah... :(

Sampai dirumah, total jendral 60 ribu melayang, tergantikan dengan menu komplit setara 200 ribu di restoran klas menengah.
Tapi... koq harganya gak beda jauh dengan belanja sea food di Pasar Gede Sala ya? Apa biaya distribusi tidak digantikan? Waktu itu, seminggu yang lalu, dengan 50 ribu kami dapatkan
seperempat udang ukuran 30
satu kilo oyster atau srimping
satu buah kepiting ukuran sedang
dan 2 buah ikan belanak
Wak.... Satu yang jadi PR sekarang ini,
gimana cara penduduk pesisir dan nelayan menghindar dari hantu kolesterol dan penyempitan pembuluh darah... :(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar